Juni 05, 2015

Kepustakaan Jambi di Singapura


PADA MEI-Juni ini saya beruntung memeroleh fellowship untuk mengadakan studi pustaka dan belajar academic writing di Asia Research Institute (ARI) di National University of Singapore (NUS). Meskipun riset saya soal media lokal, bukan tentang buku, dalam banyak kesempatan saya berusaha mencari bahan kepustakaan yang membahas Jambi.

Beruntung pula NUS menyediakan akses ke perpustakaan-perpustakaan penting di Singapura. Tidak hanya Central Library yang memang milik NUS, perpustakaan eksternal seperti Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) Library juga bisa saya akses. Kalau Central Library berisi koleksi buku umum, karena merupakan perpustakaan pusat di NUS, ISEAS Library menghimpun kepustakaan tentang Asia Tenggara, sesuai fokus lembaga pemiliknya, ISEAS.

Kalau kita mengetikkan “Jambi” sebagai kata kunci di katalog Central Library, yang juga bisa diakses secara daring, akan muncul 35 buku dan artikel jurnal tentang Jambi. Kebanyakan sebetulnya merupakan buku yang dulu disebut dan diterbitkan sebagai “proyek” oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1970-an hingga 1990-an.

Tentu di sini saya tidak akan menyebutkan semua buku tersebut, tetapi hanya yang saya anggap penting, dalam arti sulit atau tidak ditemukan di Jambi, menarik sebagai bahan studi, dan juga yang tidak ada dalam katalog blog Jambi Studies.

Buku paling penting saya kira Djambi karangan J. Tideman (dan Sigar), yang diterbitkan oleh Koninklijke Vereeniging Koloniaal Instituut di Amsterdam pada 1938. Sebagai buku terbitan Institut Kolonial, buku ini disebut oleh Elsbeth Locher-Scholten sebagai “sangat kolonial” dan peyoratif menggambarkan Jambi. Bagaimanapun buku ini penting untuk sedikit membuka tabir Jambi pada awal abad ke-20.

Koleksi terbitan kolonial lainnya adalah Zuid-Sumatra: Overzicht van de Literatuur der Gewesten Bengkoelen, Djambi, de Lampongsche Districte karya Johan Willem Jules Wellan (Nederlandsche Boek- en Steendrukkerij, 1923-28). Zuid-Sumatra konon semacam pusat studi Sumatera Bagian Selatan. Beberapa buku tentang daerah ini sering berjudul besar Zuid-Sumatra, yang cukup membingungkan apakah merupakan buku yang sama atau berbeda.

Buku yang tampaknya menarik adalah Pandangan Kritis Berbagai Aspek dalam Pelaksanaan Undang-undang Pokok Agraria di Daerah Jambi (Bandung: Alumni, 1978) yang ditulis Adi Putera Parlindungan. Buku jenis ini biasanya merupakan buku “proyek”, tapi ini diterbitkan penerbit umum. Apakah karena judulnya “Pandangan Kritis”? Lalu seberapa kritis buku ini terhadap UU yang tidak pernah dilaksanakan terutama oleh pemerintah Orde Baru tersebut?

Buku Himpunan Peraturan Daerah Propinsi Jambi, Tahun 1980-1986 yang diterbitkan Biro Tata Hukum dan Perundangan Kantor Gubernur Propinsi Jambi jelas penting untuk mengetahui sejarah Jambi tahun-tahun itu. Tapi apakah ada sarjana hukum yang tertarik mengkajinya? Buku kompilasi peraturan daerah tahun-tahun setelahnya juga ada di Central Library. Ada pula Profil Propinsi Republik Indonesia: Jambi yang terbit pada 1992.

Ada juga beberapa hasil survei tentang lahan basah atau rawa seperti Jambi: Reconnaisance Survey Report (1991) dan Survey of Coastal Wetlands in Sumatra Selatan and Jambi, Indonesia, March/April '86 (1986). Lalu prosiding konferensi Consultative Workshop on Archaeological and Environmental Studies on Srivijaya oleh SEAMEO (1982).

Buku seperti Djambi, Zuid-Sumatra, dan prosiding SEAMEO ada dalam koleksi yang hanya bisa dibaca di tempat. Buku yang lain, beserta banyak buku “proyek”, ada dalam closed stacks (rak tertutup). Perlu request terlebih dulu ke petugas untuk membacanya.

ISEAS Library yang fokus Asia Tenggara jelas lebih memadai dalam hal koleksi tentang Jambi. Di katalog komputer, yang juga bisa diakses daring, ada 365 buku dalam kategori “subject Jambi”. Buku-buku “proyek” sebagaimana saya sebut di atas jauh lebih lengkap di sini. Statistik Provinsi Jambi sejak 1980-an ada. Bahkan guide book The First International Conference on Jambi Studies (ICJS 1) juga dikoleksi.

Meskipun memiliki drafnya sejak setahun lalu, di perpustakaan ini saya bisa membaca A 14th Century Malay Code of Laws: The Nitisarasamuccaya, karangan terbaru Uli Kozok tentang naskah Melayu tertua, Undang-undang Tanjung Tanah. Buku ini baru terbit tahun ini oleh ISEAS. Buku baru lainnya adalah Sriwijaya: A Tale of Two Rivers in Sumatra karangan Pierre-Yves Manguin dan Soeroso (2015).

Yang sangat menarik dari ISEAS Library adalah pengelolaan koleksinya. Sewaktu orientasi di perpustakaan ini, pengelola mengatakan bahwa ISEAS me-mikrofilm-kan banyak koleksi lamanya. Buku-buku “proyek”, buku terbitan pemerintah provinsi, data statistik dibuat menjadi mikrofilm. Sebagai mikrofilm, koleksinya tidak butuh banyak tempat dan juga lebih mudah dalam pemeliharaan.

Selain memproduksi mikrofilm sendiri, ISEAS Library juga mengoleksi mikrofilm yang dibuat oleh The Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) Belanda dan Library of Congres milik Amerika Serikat.

Dari koleksi mikrofilm, kita bisa membaca disertasi Muntholib, Orang Rimbo: Kajian Struktural-Fungsional Masyarakat Terasing di Makekal, Provinsi Jambi (1994). Di Jambi, disertasi ini tidak ditemukan di perpustakaan umum mana pun. Ada pula mikrofilm Pola Pembangunan Propinsi Jambi dalam Perspektip Pembangunan Regional dan Nasional karya Gubernur Masjchun Sofwan (1995) dan Laporan Musyawarah Antar Umat Beragama Tahun 1992 Propinsi Jambi, Tanggal 28 s/d 31 Oktober 1992 di Jambi (1992). Kalau mau meneliti sejarah pengelolaan kehidupan beragama di Jambi, tentu tak elok melewatkan mikrofilm terakhir tadi.

Saya tertarik sekali dengan mikrofilm ini, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi nomor 45 tahun 1990 tentang Penetapan Nama-nama Desa/kelurahan dan Nomor Kode Desa Baru Akibat Penyaturan dan Penghapusan Desa serta Nama-nama Desa Baru Akibat Penyerahan Unit Pemukiman Transmigrasi dalam Propinsi Daerah Tingkat I Jambi. Migrasi dan perubahan agraria sudah lama berlangsung di Jambi dan ke depan topik ini akan semakin penting seiring globalisasi.


Perhatian

Bagi yang punya sedikit perhatian terhadap kepustakaan Jambi, buku-buku tentang Jambi yang ada di Central Library atau ISEAS Library sebetulnya bukan barang baru. Seloko sendiri telah mengumpulkan lebih banyak. Sedikit saja dari koleksi mereka yang belum dimiliki.

Sekarang teknologi sudah semakin canggih. Kemajuan itu bisa dimanfaatkan untuk apa saja, termasuk mengumpulkan hasil studi tentang Jambi. Dua tahun lalu saya membaca disertasi Jang Aisjah Muttalib, Jambi 1900-1916: From War to Rebellion (1977), dalam bentuk mikrofilm di ISEAS Library. Beberapa bulan lalu, Elsbeth Locher-Scholten di Belanda mengirimkannya untuk Seloko lewat seorang teman. Lewat pertemanan di dunia maya, juga dengan orang Jambi yang studi di luar negeri, kita bisa bertukar koleksi tentang Jambi.

Seorang kawan punya cara lebih jitu: mengumpulkan beberapa peminat topik buku yang sama dan mereka beriuran membeli e-book buku-buku terkini. Karena ada banyak orang, buku jutaan rupiah pun bisa dibeli hanya dengan Rp. 5000. E-book yang sudah dibeli kemudian dibagikan kepada semuanya.

Soal perhatian untuk mengoleksi dan membagi buku-buku tentang Jambi yang sebetulnya belum muncul. Dari ratusan bahkan seribuan lebih koleksinya, Seloko ingin sekali membaginya agar bisa diakses banyak orang. Sayang niat itu masih terkendala beberapa hal. Dengan berbagi, kita bisa menyiasati rasa haus kita akan pengetahuan tentang daerah kita sendiri, di saat perpustakaan-perpustakaan besar di Jambi tak peduli sama sekali.

Begitulah. Tugas saya selanjutnya adalah membagi hasil bacaan atas beberapa buku yang saya dapatkan di rubrik ini.[]

____________

Artikel ini dimuat dalam rubrik "Pustaka Jambi" di harian Jambi Independent pada Kamis, 28 Mei 2015.

0 komentar: