Forum Seloko #1: Konstruksi Identitas Gender Waria di Jambi dalam Sudut Pandang Ideologi Negara, Islam, dan Adat


Waktu dan Tempat 

Minggu, 2 November 2014, pukul 19.00 WIB-selesai, di Lets Rock Café, Jl. M. Yamin, Simpang Pulai, Kota Jambi.


Penjelasan Topik 

Hubungan antara Jambi dan Melayu menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah Jambi dan Indonesia. Banyak bukti, termasuk catatan-catatan perjalanan para misionaris Tiongkok, yang menunjukkan keterkaitan dan bahkan mengidentikkan Melayu dengan Jambi. Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti menggali koneksi antara Jambi dan Melayu dengan sangat intensif, terutama sejak ditemukannya situs arkeologi Muarajambi yang disebut-sebut sebagai salah satu pusat pendidikan dan budaya Buddha di Asia di masa lalu.

Peran dan posisi strategis Jambi, terutama pada masa Kerajaan Melayu Jambi, dalam hubungannya dengan negara atau kerajaan lain (bahkan hingga di luar Sumatera), menjadi salah satu topik penelitian yang menarik dan terus digali hingga saat ini. Bahkan tema penelitian berkembang ke bidang lain yang lebih luas seperti pembangunan, seni dan budaya, agama, dinamika dan fenomena sosial, dan lain sebagainya. Menariknya, walaupun dinamika dan hubungan sosial masyarakat Jambi masa lalu dan kontemporer digali dan dibahas, termasuk oleh Barbara Watson Andaya dan Fiona Kerlogue, isu-isu jender non-normatif atau nonheteroseksualitas di dalam masyarakat Melayu Jambi tidak pernah muncul ke permukaan.

Mencermati hal tersebut di atas, saya berpendapat bahwa perlu dilakukan penggalian serta diskusi lebih mendalam dalam konteks akademis dan umum tentang isu-isu gender, gender non-normatif serta nonheteroseksualitas dalam dunia Melayu, terutama Melayu Jambi, yang nantinya akan memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Dalam kaitan itu, penelitian yang tengah saya lakukan akan melihat pengalaman waria, transgender Indonesia, menitikberatkan pada pengujian dan analisis faktor-faktor relevan yang berperan dalam pembentukan identitas gender waria di dalam masyarakat Melayu Islam di Indonesia, terutama di Jambi. Data etnografi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian (bagaimana identitas gender waria terkonstruksi dalam komunitas Melayu Muslim?) digali lebih lanjut melalui teori pertunjukan (performativitas) Judith Butler, teori queer (queer theory), serta tiga elemen kunci konstruksi dan negosiasi identitas jender di Indonesia: ideologi negara, Islam, dan adat. Penelitian saya juga melihat bagaimana pengaruh arus transnasional, globalisasi, islamisasi, dan industri salon terhadap pembentukan identitas gender waria di Indonesia. Selain itu, wacana pluralisme di Indonesia, terutama dalam konteks komunitas Muslim dan etnolokalitas waria itu sendiri, turut memberikan sumbangan.

Saya berpendapat bahwa identitas gender subjek posisi waria terbentuk melalui berbagai pertunjukan dan proses yang berbeda di seluruh Nusantara. Saya juga berpendapat bahwa "proses yang membingungkan" dalam negosiasi identitas gender dipengaruhi oleh kompleksitas dan paradoksitas budaya tertentu. Waria di Jambi, misalnya, menegosiasikan identitas gender mereka dengan tiga elemen, yaitu ideologi negara, Islam, dan adat, di samping arus transnasional dan islamisasi.


Pemantik Diskusi: Novi Dayanti 

Novi Dayanti menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Jambi. Gelar magisternya dia raih dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan dari Institute of Development Studies (IDS), University of Sussex, Inggris. Sekarang Novi merupakan mahasiswa doktoral di Department of Asian and International Studies, City University of Hong Kong.

Topik penelitiannya saat ini adalah konstruksi indentitas waria di dalam masyarakat Melayu di Jambi, di bawah bimbingan Chiara Formichi. Topik ini merupakan lanjutan dari tesis MA-nya yang mendiskusikan negosiasi identitas waria Muslim di Indonesia.

Novi telah mempresentasikan topik risetnya tentang waria di beberapa forum internasional, antara lain The 9th Asian Graduate Forum on Southeast Asian Studies (ARI-NUS, Juni 2014), The 6th Al-Jami’ah Forum (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Desember 2013), dan Gender Seminar Series (University of Sussex, Inggris, Februari 2013).[]

0 komentar: