September 15, 2015

Dialek Melayu Orang Rimba di Provinsi Jambi: Kajian Dialektologi


Abstrak  

Penelitian ini adalah penelitian dialektologi yang mengkaji relasi kekerabatan isolek Orang Rimba di tiga kabupaten di Provinsi Jambi, kemudian diperbandingkan dengan Orang Rimba di Provinsi Sumatera Barat dan Orang Rimba di Provinsi Sumatera Selatan.

Setiap kabupaten di Provinsi Jambi diwakili oleh dua kelompok Orang Rimba, satu kelompok dari Provinsi Sumatera Barat, dan satu kelompok dari Provinsi Sumatera Selatan. Penentuan status isolek daerah tersebut sangatlah penting untuk menentukan apakah isolek daerah tersebut berada dalam satu wilayah bahasa yang sama atau berbeda. Daerah pengamatan ini dipilih berdasarkan jumlah populasi Orang Rimba, keterbukaan wilayah, transformasi religi, dan asal-usul.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan 829 glos kata yang diaplikasikan pada enam kelompok Orang Rimba; menganalisis data baik secara leksikal maupun fonologis. Mendeskripsikan persebaran variasi-variasi unit lingual pada tataran fonem vokal purba dan fonem konsonan purba Orang Rimba, pemetaan secara leksikon, dan persebaran afiks di tiga kabupaten. Mendeskripsikan refleks fonem PAN (Proto Austronesian) dan PM (Proto Malayic) terhadap perkembangan isolek Melayu Orang Rimba di tiga kabupaten. Menjelaskan hubungan kedekatan antara Orang Rimba dari Provinsi Jambi dengan Orang Rimba dari Provinsi Sumatera Selatan dan Orang Rimba dari Provinsi Sumatera Barat.

Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini yang terkait dengan dialektologi adalah Chambers dan Trudgill (1998). Fonologi menggunakan teori dari Hyman (1975), morfologi menggunakan teori dari Katamba (1994), dan migrasi menggunakan teori dari Young (1984). Dialektometri menggunakan teori dari Guiter (1892), acuan Proto Austronesian dari Wurm dan Wilson (1978), dan Proto Malayic dari Adelaar (1992).

Jenis penelitian yang digunakan ada dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kedua jenis penelitian tersebut menggunakan metode komparatif. Kualitatif dengan teknik botton-up reconstructions (1934) dan top-down reconstructions (1938) dari Dempwolf, sedangkan kuantitatif menggunakan teknik dialektometri. Datanya adalah fonem, leksikon, dan morfem. Sumber data berupa informan, tempat atau lokasi, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, kuesioner, dan perekaman. Metode analisis data menggunakan metode komparatif dengan teknik HBS, HBB, dan HBSP. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian ini adalah pertama, status isolek Orang Rimba di Provinsi Jambi yang mencakupi tiga kabupaten adalah dua dialek, empat subdialek, dan empat beda wicara. Fonem vokal purba Orang Rimba ada 5 dan fonem konsonan purba ada 19. Hasil identifikasi afiksasi PM*tar-; *man-; *(mb)ar-; *-an; dan *ka-an mengalami inovasi dan tidak ditemukan relik. Kedua, refleks PAN (Proto Austronesian) dan PM (Proto Malayic) pada dialek Melayu Orang Rimba yang memiliki nilai tertinggi dalam mempertahankan bahasa protonya (relik) adalah di Kabupaten Muarojambi dan yang banyak mengalami inovasi baik dari PAN maupun PM berasal dari Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Tebo.

Ketiga, status isolek Orang Rimba di Provinsi Jambi dengan Orang Rimba di Provinsi Sumatera Barat adalah dua dialek. Berdasarkan asal-usulnya, Orang Rimba dari Kabupaten Tebo dan Sarolangun memiliki relasi historis dengan Orang Rimba dari Kabupaten Dharmasraya di Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan status isolek Orang Rimba di Provinsi Jambi dengan Orang Rimba di Provinsi Sumsel adalah dua dialek. Berdasarkan asal-usulnya, Orang Rimba dari Kabupaten Muarojambi memiliki relasi historis dengan Orang Rimba di Dusun Lubuk Simpur, Kabupaten Musi Banyuasin.[]

_____________

Diana Rozelin, “Dialek Melayu Orang Rimba Di Provinsi Jambi: Kajian Dialektologi”, Ph.D-thesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2014.

Klik di sini untuk membaca disertasi. Syarat dan ketentuan mungkin diberlakukan.

0 komentar: