Agustus 04, 2014

Butet Manurung Raih Penghargaan Magsaysay


Butet Manurung Pendiri "Sokola Rimba" Raih Penghargaan Magsaysay

MANILA, KOMPAS.com — Indonesia kembali mencatatkan prestasi di kancah internasional setelah antropolog Saur Marlina Manurung (42) meraih penghargaan Magsaysay, yang kerap disebut sebagai Hadiah Nobel-nya Asia.

Saur Marlina Manurung meraih penghargaan ini karena kegigihannya melindungi dan memberdayakan kehidupan warga penghuni hutan Indonesia dengan mendirikan sekolah rimba.

Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Butet Manurung itu berhasil memberikan pendidikan bagi 10.000 anak dan orang dewasa anggota suku Anak Dalam di hutan Bukit Duabelas, Jambi.

Sejak 1999, Butet memilih meninggalkan gemerlap kota untuk memberikan pendidikan bagi warga suku Anak Dalam di pedalaman Provinsi Jambi. Di sana, Butet harus berjalan kaki menembus hutan belantara untuk menemui kelompok-kelompok masyarakat dan menawarkan pendidikan.

Upaya Butet ini tak selalu mendapatkan sambutan. Tak jarang, warga pedalaman menolak tawaran pendidikan baca tulis yang disampaikan perempuan kelahiran Jakarta itu.

Sebelum meraih penghargaan Magsaysay, Butet juga pernah menerima penghargaan "Man and Biospher" dari UNESCO dan LIPI pada 2001 dan menjadi salah satu pahlawan versi majalah Timepada 2004.

Penghargaan Ramon Magsaysay, yang namanya diambil dari nama Presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat terbang, mulai diberikan pada 1957.

Penghargaan ini diberikan untuk individu atau kelompok yang dianggap memberi perubahan terhadap komunitas masyarakat di sekitarnya. Butet dan para pemenang penghargaan Magsaysay lainnya akan menerima hadiah ini di Manila pada 31 Agustus mendatang.

>> sumber: Kompas.


Butet Manurung Raih Penghargaan Nobel Versi Asia

Metrotvnews.com, Jakarta: Saur Marlina Manurung atau yang lebih dikenal Butet Manurung, menerima penghargaan Ramon Magsaysay 2014 melalui film "Sokola Rimba" yang dibuat berdasarkan kisah hidupnya menjadi seorang pengajar di Pedalaman Sumatera.

Penghargaan Ramon Magsaysay sendiri adalah penghargaan yang sering dijuluki dengan penghargaan Nobel versi Asia. Sejak tahun 1957, ajang penghargaan asal Filipina tersebut kerap menganugerahi sosok individu maupun organisasi yang dianggap memiliki semangat yang luar biasa dan ketulusan untuk melayani rakyat Asia tanpa pamrih.

Presiden Organisasi Penghargaan Ramon Magsaysay (Presiden RMAF), Carmencita Abella, menyebut para penerima penghargaan tahun ini merupakan orang-orang yang menjadi "obor perubahan di Asia".

Butet Manurung sendiri menerima penghargaan tersebut bersama dengan empat individu dan satu organisasi penerima penghargaan lainnya. Mereka dinilai berani mengambil langkah besar untuk memperjuangkan idealisme mereka, dan disanjung atas kegigihan mereka menghadapi berbagai rintangan.

Butet juga secara khusus mendapat pujian atas semangatnya dalam meningkatkan kualitas hidup Orang Rimba melalui program pengajaran SOKOLA, yang dirancang khusus agar sesuai dengan tata cara hidup Orang Rimba.

Butet sendiri sebenarnya memulai langkahnya tersebut pada 1999, di mana pada tahun tersebut dia berani keluar dari kehidupannya di Jakarta untuk mengajar baca, tulis, dan hitung kepada suku Orang Rimba dan Anak Dalam di pedalaman Provinsi Jambi.

Langkah yang diambil Butet bukanlah pilihan yang mudah. Dia harus mengarungi hutan hujan tropis di pedalaman Jambi seluas 60.500 hektar untuk mengunjungi kelompok-kelompok suku pedalaman guna diajarkan ilmu dasar tersebut. Kunjungan yang dia lakukan di setiap kelompok tersebut, tidak selalu diterima, dia kerap menerima penolakan. Selain penolakan, resiko lain yang turut menghantuinya adalah bertemu dengan para pembalak liar serta terserang penyakit malaria.

Wanita Batak kelahiran 21 Februari 1972 tersebut, dalam melakukan pengajaran menerapkan metode ajar yang setengah mengadopsi ilmu antropologi, di mana dalam mengajar Butet juga turut tinggal bersama kelompok yang diajarnya selama beberapa bulan sambil mempertimbangkan pola hidup kelompok tersebut.

Selain Butet Manurung, tokoh-tokoh asal Indonesia lainnya juga pernah mendapatkan penghargaan yang sama. Tokoh-tokoh tersebut adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, jurnalis senior Mochtar Lubis, sastrawan Pramoedya Ananta Toer, dan mantan presiden Indonesia ke-4 Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang juga pernah mendapatkan penghargaan tersebut pada 1993.

Sebelum mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay, Butet juga sudah mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi lainnya, seperti penghargaan "Man and Biospher" dari organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang pendidikan yaitu UNESCO dan penghargaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2001 silam. (Lov)

>> sumber: Metrotvnews.com.

0 komentar: