November 19, 2014

Sejarah Koran Lokal di Jambi


SEJAK TAHUN 1958-an, satu per satu koran lokal Jambi bermunculan, walaupun terbitnya terkadang tak rutin. Dan seiring waktu, satu per satu berguguran, kecuali sedikit di antaranya.

Dua sumber utama yang Tribun temui, Asrie Rasyid dan Udin Thayib, memberikan keterangan sedikit berbeda mengenai sejarah pers di Jambi. Perbedaan utamanya terletak pada waktu dan nama media.


Perbedaan itu, misalnya, pada nama media lokal Jambi selain Harian Peristiwa. Menurut Asrie Rasyid yang mantan Kepala Kanwil Penerangan Jambi, pada waktu berdekatan, terbit pula Harian Berita.


Udin Thayib, mantan wartawan dan penyiar RRI Jambi, menyebut media tersebut dengan nama Mingguan Berita. Namun, secara terpisah keduanya sepakat bahwa pemimpin redaksi media tersebut adalah Zen Alamsyah yang merupakan putra daerah Jambi.

Ditemui Tribun, Jumat pekan lalu, Asrie mengatakan, selanjutnya pada tahun 1963-an terbitlah Warta Indonesia yang dipimpin oleh Rosmani Rauf. Keterangan Udin yang mantan wartawan dan penyiar RRI Jambi, media ini bernama Warta Nusantara.

Barulah setelah itu bermunculan koran lainnya. Ada Warta Massa, Ampera, dan Independent. Ampera dipimpin oleh Norman Toha, Warta Massa oleh Marpaung, dan Independent oleh Syamsul Watir.

"Ampera waktu itu menginduk ke SOKSI. Dulu tempatnya ada di samping Persijam,” ujar Asrie, Jumat sore pekan lalu.


Hingga kini, sisa kejayaan Ampera yang tampak tinggal sebuah papan nama. Di Jalan Yusuf Nasri, samping Stadion Persijam, Kota Jambi, sebuah plang nama Ampera masih terpajang. Meski usang, tulisannya masih bisa terbaca. Surat kabar ini memiliki slogan "Suara Orde Pembangunan".

Bertahannya koran-koran lokal ini memang bukan dari iklan seperti industri media sekarang. "Setiap media yang memiliki Surat Izin Terbit, mendapatkan subsidi harga kertas. Jadi lebih murah, dari situlah untungnya,” papar mantan koresponden Aneta itu.


Kendati diperbanyak stensilan, koran lawas tersebut diminati masyarakat. Abubakar Ahmad, anak seorang agen koran di era 1956, mengakui itu. Menurut cerita Asrie, ayah Abubakar dulunya adalah agen koran terbesar di Jambi di masanya. "Tempatnya di depan Masjid Raya, toko buku 'Indonesia' namanya,” imbuhnya.

Abubakar Ahmad mengatakan, pada 1956 ayahnya merupakan agen koran Pedoman milik Rosihan Anwar. Ia membantu ayahnya pada umur 12 tahun ketika duduk di kelas 6 Sekolah Rakyat (SR).

Peminatnya mulai dari gubernur sampai tukang gerobak. "Sayo tahu waktu kecil sayo yang urus koran,” ujar Abubakar yang ingat betul ketika itu Asrie Rasyid berlangganan Pedoman nomor 8.

Kini, seiring reformasi yang membuka keran demokrasi seluas-luasnya, media di Jambi berkembang pesat. Mulai dari media cetak hingga elektronik dan media online, termasuk Harian Tribun Jambi. "Pilihan masyarakat mulai beragam,” kata Asrie. (deddy rachmawan)[]

_____________

Berjudul asli "Koran Stensilan Pun Tetap Dicari", artikel ini dimuat pertama kali oleh Tribun Jambi, 8 Februari 2012. Sedikit penyuntingan-bahasa dilakukan dalam pemuatan-ulang ini.

0 komentar: