Juni 05, 2015

Jalan Bakal Hancurkan Hutan Kerinci


BARU-BARU ini saya menjadi peserta di ICJS 1 (First International Conference on Jambi Studies). Saya diundang memberi makalah di konferensi tersebut karena panitia pengurus mengenal nama saya sebagai orang ahli Kerinci yang sejak 1972 menyelidiki dan menulis mengenai adat, budaya, sejarah, dan ekonomi Kerinci.

Di acara itu pun saya memberi ceramah mengenai Kerinci, lahan di mana saya menimba ilmu lebih dari 40 tahun. Dan, dalam makalah serta buku-buku akademik yang sudah terbit, saya selalu berusaha untuk memperkenalkan kekayaan Kerinci dan Jambi dalam bidang sejarah, budaya, dan lingkungan alam pada dunia luar.

Sesudah membaca tulisan saya atau berjumpa dengan saya di pertemuan-pertemuan akademik, banyak ilmuwan yang datang ke Kerinci untuk memperdalam bermacam-macam kajian, sejarah, pertanian, bahasa, sistem kekerabatan, naskah-naskah kuno, dsb. Semuanya sependapat bahwa Kerinci merupakan daerah istimewa yang patut dibanggakan dan Jambi patut mendapat perhatian lebih besar dari dunia luar.

Mengingat hal ini pembaca dapat membayangkan keterkejutan saya pada hari Minggu, 24 November, ketika sambil sarapan saya membaca berita mengenai perencanaan membuat jalan baru di Kerinci yang akan menghubungkan Lempur di Kerinci selatan dengan Bengkulu. Gagasan membuat jalan ini memang sudah lama terdengar, tetapi karena banyak mendapat kecaman dan tantangan dari para pakar ilmu bumi dan pembangunan, saya menyangka bahwa gagasan ini tidak akan muncul lagi.

Tahu-tahu ternyata dari pihak yang menghendaki jalan ini—yang notabene sama sekali tidak mewakili seluruh rakyat Kerinci, tapi hanya mewakili segelintir orang saja—timbul alasan baru untuk jalan: Kerinci perlu jalur evakuasi kalau ada bencana gempa atau letusan Gunung Kerinci. Baik alasan alasan ini maupun alasan lain yang pernah dikemukakan sebelumnya oleh pihak yang meminta jalan dibuat, sangat tidak masuk di akal dan tidak pernah dipertimbangkan dan dinilai secara tuntas.

Keuntungan yang bakal didapat (oleh beberapa orang saja) dari pembuatan jalan ini tidak seimbang dengan bencana yang akan dialami oleh seluruh penduduk Kerinci di masa depan sebagai dampak dari pembukaan jalan ini. Kemungkinan besar Pak Gubernur dan Pak Marzuki Ali yang, menurut berita, menyokong pembukaan jalan tidak pernah diberi keterangan lengkap mengenai hal ini.

Saya memberi pendapat di sini bukan sebagai orang luar yang tidak memikirkan nasib orang Kerinci dan seolah-olah hanya bertolak dari prinsip pendangan dunia luar bahwa hutan Kerinci merupakan paru-paru dunia. Orang luar sering dicemooh demikian oleh pihak yang mau jalan itu dibuat, seakan-akan pendapat orang luar tidak perlu dihitung karena mereka tidak berpihak pada kepentingan orang Kerinci kini. Kebalikan, istri saya orang Kerinci, dan dengan sendirinya anak saya dan cucu saya orang Kerinci. Saya memikirkan masa depan, hak waris mereka, dan bukan mereka saja tapi semua saudara dan teman saya di Kerinci yang sudah saya kenal bertahun-tahun. Demi untuk mereka saya berbicara bukan karena saya khawatir mengenai paru-paru dunia.

Jalan ini kalau dibuat akan membuka peluang sebesar-besarnya bagi orang yang akan merambah hutan di kiri-kanan dengan fasilitas perhubungan yang dipermudah dengan adanya jalan. Truk besar akan masuk, pemborong upahan orang asing akan masuk, rombongan orang liar akan masuk dengan chainsaw. Dalam beberapa tahun saja hutan akan habis.

Kalau hutan sudah habis, kita akan menghadapi bencana persis seperti apa yang telah dialami oleh rakyat Filipina dan Muangthai yang hutannya habis dibabat. Pertama, erosi, kemudian banjir yang akan menghancurkan semua tanah sawah dan ladang yang ada di Kerinci. Kemudian, dengan derasnya air mengarah ke Batang Merangin, masyarakat di hilir pun akan kena banjir bandang; mereka juga akan ditimpa kerusakan lahan perncaharian nafkah. Dalam kurang dari sepuluh tahun masyarakat Kerinci akan dimiskinkan dan akan menghadapi masa depan yang suram dan parah.

Orang yang tidak sependapat dengan saya akan menyatakan bahwa Watson membesar-besarkan saja; tetapi ini bukan pendapat saya seorang tetapi pendapat semua orang yang mengenal ilmu bumi, yang sudah belajar dari pengalaman negara tetangga dan pandai meramalkan dampak yang bakal terjadi pada kita. Orang yang mau jalan itu dibuka menerobos hutan menyatakan bahwa cuma sebagian kecil dari hutan akan dirusak oleh jalan. Apakah mereka naif atau sengaja mereka mau mengelabui mata kita?

Jalan itu akan menjadi kuda troya untuk masuk hutan. Disambut baik pada permulaan oleh rakyat di sekelilingnya, kemudian dalam seketika terjadi bencana akibat dari diizinkannya orang masuk ke wilayah hutan Kerinci. Dan orang dari luar sesudah diizinkan masuk akan memakai peluang untuk merambah hutan, mengambil balok, menanam kelapa sawit. Orang ini akan menghancurkan kehidupan rakyat Lempur khususnya, dan rakyat Kerinci dan Jambi pada umumnya. Penyesalan nanti terlambat dan tidak ada gunanya.

Alasan untuk membuka jalan itu ada dua: jalur evakuasi dan pelancaran roda perdagangan. Untuk alasan jalur evakuasi, para ahli sudah mempertimbangkan dan berkeputusan jalur itu tidak perlu. Jalan yang ada sekarang sudah cukup. Begitu pula roda perdagangan. Memang jalan Lempur-Bengkulu akan mempercepat waktu perjalanan orang Lempur ke Bengkulu—konon mereka ingin cepat sampai ke kebun kelapa sawit milik mereka di Bengkulu dan tidak sabar melewati Tapan—tetapi roda perdagangan sudah dapat berjalan lancar dengan jalan yang sudah ada.

Kalau memang betul perdagangan antara Kerinci dan dunia luar agak tersendat karena Kerinci terisolir dan jauh, pemecahan masalah cukup gampang. Ketiga-tiga jalan yang ada—jalan ke Pesisir Selatan (yang menyambung ke Bengkulu dan Padang lewat Tapan; jalan ke Solok dan Padang lewat Muara Labuh dan Alahan Panjang; dan jalan ke Jambi lewat Bangko—ditata agar lebar, aman, dan bagus; dan tentu perlu diperhatikan dan dijaga terus-menerus. Sekarang jalan Muara Labuh dapat dijamin. Bila ditambah dengan memperbaiki dua jalan lainnya, bukan saja kita mempercepat roda perdagangan dengan dunia luar, tetapi juga menyediakan jalur evakuasi yang lancar.[]

______________

Artikel ini ditulis oleh C.W. Watson, profesor School of Business and Management, ITB Bandung, dan profesor emeritus School of Anthropology and Conservation, University of Kent, Inggris. Artikel pertama kali terbit pada Senin, 9 Desember 2013, di Harian Jambi edisi sore, dengan judul "Jalan Bakal Hancurkan TNKS".

0 komentar: