Agustus 19, 2015

Paham Teologi dalam Meningkatkan Etos Kerja Perempuan: Studi Kasus di Kelurahan Mudung Laut, Kota Jambi


RATNAWATY (61 tahun) mengatakan, potret paham teologi perempuan yang berkembang di Kelurahan Mudung Laut, Kota Jambi, berimpikasi dalam meningkatkan etos kerja perempuan di sana.


Kesimpulan tersebut diperoleh dosen IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi itu setelah melakukan riset mengenai paham teologi perempuan di Kelurahan Mudung Laut, Kota Jambi, dan pengaruhnya terhadap etos kerja mereka. Ratnawaty melakukan riset dengan pendekatan naturalistik (pendekatan yang dilakukan untuk memahami fenomena dalam situasi yang alami dan berorientasi pada penemuan dalam lingkungan alamiah). Sementara data riset kualitatif diperoleh melalui kuisioner, wawancara, dan observasi.

Hasil riset perempuan kelahiran Bengkulu tersebut dipertahankan untuk meraih gelar doktor bidang Ilmu Agama di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul “Paham Teologi dalam meningkatkan Etos Kerja Perempuan: Studi Kasus di Kelurahan Mudung Laut, Kota Jambi”, dan dipresentasikan di Convention Hall kampus tersebut pada Selasa, 16 Desember 2014. Ratnawaty mempertahankan karya doktoralnya di hadapan tim penguji: Dr. Karwadi, M.Ag., Dr. H. Waryono Abdul Ghofur, M.Ag., Prof. Dr. H. Nasruddin Harahap, S.U., Dr. Ruhaini Dzuhayatin, M.A., Dr. H. Hamin Ilyas, M.A. (promotor merangkap penguji), Prof. Dr. H. Irwan Abdullah (promotor merangkap penguji).

Di hadapan promotor dan tim penguji, promovendus memaparkan, dari riset yang dilakukan, terungkap bahwa masyarakat Mudung Laut--dengan corak dan identitas penduduknya sebagai masyarakat Melayu yang secara keseluruhan beragama Islam--membentuk karakter keagamaan yang dianut warganya turun-temurun. Kenyataan ini, kata Ratnawaty, dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang mengacu pada tata cara keagamaan Islam, misalnya upacara pernikahan, pengurusan jenazah, dan upacara selamatan. Semuanya dilakukan menurut Islam.

Dijelaskan, kecenderungan paham keagamaan masyarakat Mudung Laut tergolong konsisten. Hal ini dapat dilihat dari potret paham keagamaan mereka yang hanya mengenal paham Syafi’iyah untuk mazhab fikih dan Ahlussunnah Wal Jama’ah untuk paham teologi. Mereka tidak familiar dengan mazhab teologi lainnya, seperti Qadariyah ataupun Muktazilah. 

Pergeseran paham teologi kaum perempuan Mudung Laut dari pahan Jabariyah menjadi paham Qadariyah berimplikasi pada produktivitas kerja mereka. Hal ini ditandai dengan kondisi sosial dan etos kerja mereka sebelum tahun 1980-an yang bersifat statis dan eksklusif, sehingga sebagian besar kegiatan mereka berada di rumah dan sekitarnya. Kondisi ini mengalami perubahan yang cukup drastis memasuki tahun 1980-an, ketika paham teologi baru yang mereka praktikkan adalah paham teologi Qadariyah dengan konsep free will. Paham ini telah menginspirasi mereka untuk terlibat aktif dalam berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, khususnya dalam sektor industri rumahan. Di antara faktor penting perubahan paham teologi dan etos kerja tersebut adalah meningkatnya kebutuhan ekonomi dan semakin terbukanya aksesibilitas yang secara periodik dapat mengubah cakrawala dan cara pandang mereka terhadap paham teologi.

Menurut promovendus, budaya kerja wanita di Mudung Laut terbentuk karena budaya lokal dan kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Konklusi penting lain dari risetnya, menurut promovendus, adalah temuan bahwa kegiatan keagamaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketaatan mereka menjalankan kewajiban ibadah adalah sebuah corak masyarakat tradisional yang mesih memegang teguh nilai religius yang dimilikinya. Demikian jelas ibu lima putra dari suami Drs. Makhtar Damsyah ini.[]

____________

Ratnawaty, “Paham Teologi dalam meningkatkan Etos Kerja Perempuan: Studi Kasus di Kelurahan Mudung Laut, Kota Jambi”, PhD thesis, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.


Berita ini diambil dari website UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penguntingan dilakukan dalam pengambilan-ulang ini.

0 komentar: